Pengalaman Magang Jurnalistik Online
Hai!
Postingan saya ini akan menceritakan tentang pengalaman magang saya di sebuah
media massa terkenal di kota Solo, hometown-nya Pak Jokowi *skip skip*
![]() |
Last wefie with besties |
Seperti
yang kita tahu, magang atau internship bagi m ahasiswa tingkat akhir di suatu
kampus merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilaksanakan selain KKN.
Kegiatan magang sangat penting untuk memberikan secuil pengalaman kerja bagi
mahasiswa sebelum terjun ke concrete jungle alias dunia kerja nyata.
Selain itu dengan adanya magang, mahasiswa bisa tahu potensi mereka ketika
berhadapan dengan tantangan dunia kerja yang out of theory, bagaimana
kepribadian mereka diuji ketika berhadapan dengan atasan atau klien.
Nah,
berhubung saya mahasiswa vokasi alias Diploma di salah satu PT di Solo, maka
saya hanya bisa mencicipi pengalaman magang saja dan tidak ada KKN. *agak sebel
sih* Tapi saya bakal tetap bercerita tentang hal-hal gokil selama magang dan
mungkin akan berbagi sedikit tips bagaimana cari jodoh di tempat magang cara
mudah beradaptasi di lingkungan kerja.
Awalnya
saya tidak pernah terpikir untuk apply internship di media massa. Pada
saat itu, ekspektasi magang saya sangat tinggi, hehe.. maklum mahasiswa
kinyis-kinyis yang sok profesional dan maaf sedikit gengsi. Kebetulan saya
jurusan bahasa asing dengan mainstream penerjemahan sehingga mencari perusahaan
yang membutuhkan seorang translator, entah web atau leaflet. Saat itu,
dipikiran saya hanya ingin magang di airport atau pemerintahan. Saya mencoba di
airport Solo dan Yogyakarta untuk menanyakan apa ada lowongan internship antara
bulan Januari-Maret. Alamak, ternyata posisi pemagang disana sudah fully
applied untuk bulan tersebut dan akan dibuka kembali saat Maret, itu pun pertengahan.
Karena saya dikejar deadline Tugas Akhir harus selesai April, maka dengan hati
besar saya melepas keinginan tersebut. Selanjutnya saya berencana untuk apply
di Pemerintah Kota/daerah bagian promosi wisata dalam website, namun sebelum
itu terjadi saya sudah ditawari oleh teman sekelas saya untuk bergabung dalam
grup magang di media massa ternama di Solo. Jujur saya sedikit ragu karena minder tulisan saya jelek apalagi untuk
setingkat media massa dan teman-teman saya tersebut memang anak jurnalistik,
tambah mincep-lah saya. Karena bisikan maut dari kanan kiri, akhirnya saya
luluh dan ikut dalam grup magang yang beranggotakan 4 orang.
Yah,
bismillah.. kami mencoba menawarkan keahlian kami dalam menerjemahkan karena
memang di media massa tersebut memiliki rubrik internasional yang sangat perlu
dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Proposal magang selesai disusun,
kami segera menyerahkannya ke bagian HRD dan menunggu respon selanjutnya. Hari
demi hari hingga satu minggu berlalu, saya dan teman-teman cemas karena tidak
ada respon mengenai diterima atau tidaknya magang kami. Dengan wajah desperate,
kami memutuskan untuk take vacation sebentar ke perkebunan teh yang fresh,
berharap kegalauan kami hilang. (duhduh, I remember that moment). Ketika kami berempat
ngacir ke daerah gunung dari pagi-sore, praktis sinyal smartphone kami timbul
tenggelam. Salah satu temen saya tiba-tiba kepikiran bagaimana kalau HRD calon
tempat magang kita hari itu telepon dan gak ada dari kita yang bisa angkat
karena no signal. Biar temen saya ini gak tambah galau saya hanya bilang “Nggak
mungkin, ini kan udah sore,” padahal dalam hati saya juga panas dingin mikirin
kemungkinan itu.
Nah,
beberapa saat kemudian, temen saya yang lain (cowok) memanggil kami yang tengah
selfie asoy dan dia bilang ada telepon masuk dari nomor tak dikenal. “Oi, HRD
(media massa) nelpon nih, HAHA! Tumben ada sinyal” karena temen saya ini senang
ngebanyol dan sepertinya memang pengen ganggu selfie cantik , kami bertiga yang
semua cewek pun gak peduli. Dan saat temen cowok saya ini angkat, alamakkk..
ternyata memang dari si HRD. Dengan sigap kami langsung grundel ke arah
si pemegang telepon. Dengan mode loud speaker, kami semua mendengar bahwa kami
diterima magang dan mulai masuk 2 hari kedepan. Horee! Akhirnyaa.
Jeng
jeng jeng.. hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari pertama masuk magang,
kami hanya diminta untuk memperkenalkan diri di depan para jurnalis senior dan
pimpinan. Wuuh, it was quite shaky! Dan ternyata tidak hanya kami
berempat saja yang magang, ada dua orang lagi (anak FKIP Indo, mainstream
jurnalistik) yang bakal ikut magang pendidikan di media massa ini. Nyali kami
saat itu sedikit ciut ketika tahu mereka sepertinya sudah expert di dunia
jurnalistik. Tapi kami tetap pede aja lah, boam! (bodo amat). Setelah
perkenalan, kami berenam sedikit diberikan pengarahan untuk kegiatan seminggu
ke depan. Ternyata kami bakal dikasih training jurnalistik namun secara singkat
padat jelas, gretong pula. Tidak hanya
jurnalistik secara umum, namun juga digital, yah semacam reporter online di
portal berita. Waah.. ini bener-bener kesempatan emas buat kami. Iyalah,
soalnya kalau ikut training disitu secara umum invest-nya bisa mencapai Rp
500.000, jadi lumayan banget kaan.. dan mereka juga menkankan pada kami kalau
magang disitu kami bersedia tidak dibayar, jadi pure dapet ilmu aja. Bagi saya
sih, nggak papa banget pak! Kapan lagi bisa dapet ilmu jurnalistik gratis,
apalagi saya newbie.
Selama
training jurnalistik, saya (kami) benar-benar memanfaatkan kesempatan yang ada.
Pokoknya dapet ilmu sebanyak-banyaknya mulai dari work ethics of journalism,
how to write news strights, features, sampai bagaimana jadi reporter online
yang wajib menguasai search engine optimizations (SEO) dari Google.
Untuk materi SEO berita online, hanya kami berempat yang dapat karena saya dan
teman-teman jurusan bakal di tempatkan jadi reporter online atau biasa disebut content
writer. Sedangkan dua teman baru kami bakal terjun langsung jadi reporter
lapangan, jadi ya kita misah. Nah, di materi ini juga saya dan teman
benar-benar di ‘pelonco’, kasarannya sih kita di goblok-goblokin sih. Haha..
kebetulan ada materi selipan tentang tata bahasa Indonesia. Yang paling nylekit
saat pemateri (reporter online senior) dengan lantang bilang “Berani bener
kalian magang disini, padahal yang punya basic jurnalistik Cuma satu, itu pun
cekak! PAYAH!” lalu, “Kalian dapat makul bahasa Indonesia berapa tahun?
Membedakan antara ‘polisi wanita’ dg ‘wanita polisi’ aja ora bener!” Sontak
kami hanya diam seribu bahasa sambil cengangas-cengingis tanpa dosa.
Wkwk.. ampun kami memang bonek, alias bondo nekat. Tapiii.. setelah training
selesai, si pemateri yang notabene adalah redaktur online ini aslinya baik.
Luarnya aja galak khas wong Suroboyo, tapi hatinya beuhh.. no comment dah.
Ternyata beliau bilang seperti itu bukan tanpa makna, namun agak sedikit tegas karena pengen tahu seberapa tahan kita sama beliau. Training jurnalistik
benar-benar selesai, saatnya kami mulai terjun menulis. Di portal berita ini
ternyata kita dibagi menjadi 4 tema berita berbeda. Ada berita Sport, Tekno,
Lifestyle dan Entertainment. Nah, saya mendapat bagian menulis berita entertainment
news, yah hampir mlipir berita gosip sih tapi tidak terbatas itu saja
karena juga bisa menulis ulasan film, musik dan sinopsis drama India di
TV. Terkadang saya juga menulis tentang lifestyle
news seperti membuat tips atau kisah-kisah yang unik.
Kerjaan
content writer atau content aggregator (CA) di media online ini lebih kepada
mengumpulkan informasi dari sumber berita lain yang terpercaya seperti Daily
Mail, Reuters kemudian ditulis ulang (rewrite) dengan gaya bahasa yang lebih
luwes. Setelah menulis, tulisan kami harus di edit dulu oleh editor
masing-masing berita. Kalau masih banyak yang kurang enak dibaca atau tidak
memenuhi syarat SEO, kami harus memperbaiki langsung. Nah, disini komunikasi
antar staf sangat dibutuhkan, harus ada inisiatif. Kalau kita tidak banyak
bertanya, akan lebih banyak tersesat dan ujung-ujungnya kita disalahkan terus.
Sumber penulisan juga tidak boleh sembarangan lho. Ternyata media online
memiliki perjanjian khusus dalam mecomot berita, khususnya portal dalam negeri.
Misal, wow***.com kerjasama dengan o**zone.com, maka kedua nya bisa saling menyadur
berita dan mengambil dokumen foto. Nah, haram ketika wow***.com mengambil foto
atau menyadur berita dari de***.com padahal keduanya tidak ada kerjasama. Hal
ini bisa saja menjadi tuntutan pencomotan berita tanpa ijin. Namun, hal
tersebut boleh dilakukan ketika kita menyadur berita dari portal berita luar
negeri seperti Daily Mail, Reuters dll. Entah kenapa, hehe. Dan selama magang
jadi CA, kami wajib menyetor minimal 3 tulisan setiap harinya, alamakk..
awalnya kami pikir gampang ternyata cari berita update susah loh. Memang untuk
portal berita online harus membuat berita sebanyak-banyaknya karena space-nya
kan unlimited jadi ya harus diisi konten sebanyak-banyaknya. Hal ini pun
berdampak pada kunjungan dan konten yang dimiliki, semakin banyak konten dan
pengunjung (viewer, netizen) maka akan berdampak pada rank media. Kami sempat kaget ketika tahu kalau editor (content writer)
harus menulis minimal 15 konten tiap harinya. Huahhh...
![]() |
PC khusus Klodia bikin sport news |
Biar
tulisan saya berkembang, saya berinisiatif untuk menulis juga tentang lifestyle
dan teknologi. Lagian saya pun kadang juga bosan kalau nulis gosip artis
(kebanyakan luar) atau film. Editor saya pun setuju karena bisa nambah
pengetahuan lain buat saya, enggak hanya gosip. Saya enggak berani ambil sport
news karena kebanyakan yang bakal diulas adalah sepak bola dan saya bukan
ahlinya dalam istilah itu, hehe... Oiya, pernah kejadian berita yang saya buat
hampir sama dengan teman saya—disebut news crashing. saat itu saya membaca
berita bagus tentang teknologi terbaru, karena teman saya pegang tekno news dia
pun juga menulisnya. Ketika diunggah oleh masing-masing editor, baru terlihat
bahwa portal punya berita yang sama. Hahay.. salah saya juga sih enggak
‘permisi’ dulu. Selama magang, kami hampir 5 kali mengalami news crashing dan
bergantian, hehe lucu juga sih kadang nyesel udah capek-capek nyadur eh kok
samaan, jadi koordinasi pun sangat dibutuhkan. Bahkan, saya pernah tabrakan
sama editor sendiri dan hasilnya tulisan saya yang didepak. Selama magang pula,
saya cukup dekat dengan editor, beliau selalu kasih masukan tulisan-tulisan
saya, kasih inspirasi tentang tema yang bakal ditulis. Suatu kali beliau
menantang saya untuk menulis berita dari
Live TV, kebetulan tentang pemilihan ratu kecantikan Indonesia. awalnya sih
ragu karena membuat kalimat berita runut secara cepat saya belum ahlinya. Namun
setelah dipikir-pikir, gimana mau bisa kalau belum dicoba. Akhirnya saya
menerima tantangan beliau. Saya diminta datang shift sore (Jam 4-12) karena
acara nya bakal dimulai jam 9-12 malam, woaa... ngantuk asli bro! Tantangan ini
cukup membuat saya tegang, soalnya saya harus segera menulis siaran ketika LIVE
ON dan kirim tulisan ke editor saat break commercial. Pikiran saya
saat itu cuma do my best and do the best, soal amburadul strukturnya sih
saya boam! Dan alhamdulillah.. editor bilang tulisan saya lumayan bagus dan
enggak banyak edit, jadi bisa segera upload. Saya dikasih tantangan seperti ini
2x selama magang, selain itu juga dikasih tantangan jadi reporter lapangan.
So
far, magang jadi jurnalis online atau content writer menurutku cukup keren.
Banyak ilmu baru yang didapat apalagi tentang jurnalistik online yang sekarang
memang zamannya digital. Kamu pasti juga sering kan baca berita online, kapan
pun dimana pun bisa diakses tanpa kendala (kecuali kuota lo habis :D).
Paling-paling yang agak bikin bete kalau editor jarang banget ngobrol bareng.
Jangankan ngobrol, say hi aja kadang enggak dikasih, hiks! But nothing to loose
sih, keep moving forward.
![]() |
Suasana kantor redaksi solopos.com |
Sekedar
tips nih untuk kalian yang lagi cari magang atau sedang magang. Pertama,
cobalah cari tempat magang sesuai passion kamu. Kalau kamu suka nulis,
yaa cobalah magang sebagai jurnalis atau editor. Kalau kamu sukanya jualan dan
pinter pengaruhi orang, cobalah jadi marketing intern. Sekarang banyak
kok perusahaan yang cari pemagang dan kalau kalian beruntung bisa dapet fee,
enyak kan. Kedua, be strong!. Terkadang ada juga atasan atau
senior yang mendiskreditkan posisi pemagang. Kalau dapet cacian, omelan, bahkan
bentakan, dengerin aja sambil senyam-senyum (dalam hati lho ya!). Ketiga,
cari ilmu sebanyak-banyaknya saat magang. Ambil tantangan dari senior, misal
nih, kalau biasanya kerjaan Cuma ngetik dan nyatet doang , carilah kegiatan
yang bisa meningkatkan kemampuan kamu. Intinya kegiatan yang lain dari biasanya
tapi masih berkaitan dengan kerjaan sehari-hari. Keempat, usahakan
pedekate dengan senior. Bukan cari jodoh nih yaa, maksudnya untuk mengakrabkan
diri di lingkungan kerja, kita harus jemput bola, say hi duluan lah. Hal ini
untuk mencairkan suasana aja di kantor biar engga sepii dan siapa tau dapat
koneksi lain nantinya. Nah, saya rasa itu aja sih mini tipsnya. Masing-masing
orang belum tentu sama, tapi saya mengambil faedahnya dari kacamata general.
Semoga bermanfaat.
![]() |
Wefie bareng redaktur dan conten aggregator |
![]() |
next step, keep fighting |
iyah cari ilmu sebanyak banyaknya ketika magang
BalasHapusIya cari sebanyak banyak nya
Hapus