Postingan

[REVIEW] Chingu Café – A Little Seoul in Yogyakarta

Gambar
Annyeonghaseyo! Waa, long time no post yak. Kali ini aku mau review tempat nongki baru di Yogyakarta. Yups, namanya Chingu Café. Chingu dalam bahasa Korea artinya teman. Dari namanya udah kelihatan kalau kafe (restoran) ini memang bernuansa Korea Selatan. Buat kalian yang suka segala hal tentang Kpop dan pengin pansos nambah feed Instagram yang kece, resto ini wajib banget buat dikunjungi. Jadi waktu itu sebelum ke Chingu Café, aku dan duo sohibku jalan-jalan dulu ke Situs Warungboto dan Kotagede. Biasalah cari spot kece buat foto, hoho. Karena Chingu Café buka siang jam 11, so kita memutuskan ke sana sekitar jam 2, sekalian maksi. Sampai di sana, ternyata kita perlu nulis nama di buku antrian dulu. Alhamdulilaah, hari Kamis enggak terlalu banyak antrinya, tapi di dalam udah rame juga sih. Lalu waiters manggil namaku dan memilihkan tempat duduk. Kita bisa milih spot duduk sebenarnya, tapi kalau kondisinya udah rame, ya kita pasrah mau duduk di mana aja. Kebetulan kami dapat te

Suka Duka Kerja di Vads (Bagian II)

Gambar
RESMI JADI STAF Masih kuingat, aku resmi bekerja di vads bulan Januari 2017. 6 bulan pertama, aku handle CSP Technical Assurance untuk produk “Strimiks”, hampir sama kayak Speedy di Indonesia. Karena terbiasa pakai bahasa Inggris normal (aksen US), di sini aksen harus diganti dengan manglish alias Malaysian English. Aneh? Iya pake banget, tapi lucu sih. Kalau biasanya kita denger Upin Ipin di TV, aku justru bisa mendengar langsung aksen itu.   Jadi di bagian technical assurance ini, aku melayani permasalahan teknis terkait internet. Misal internet mati, lelet, intermittent, jadi kita bantu troubleshooting dan bikin laporan ke teknisi on site. Kerja jadi call center di vads harus siap mental dan hati, vroh. Kudu siap menerima cacian, hinaan hingga makian kasar dari customer, apalagi handle bagian internet complain. Di mana-mana, kalau wifi internet lelet atau bahkan mati pasti udah emosi kan. Apalagi berhari-hari, ngamuk pasti. Beberapa kali aku dapet supervisor case karen

Suka Duka Kerja di Vads (Bagian I)

Gambar
Hai, I’m back. Aku mau berceloteh tentang suka duka pekerjaan pertamaku. Yaps, pekerjaan pertamaku sebagai call center di Vads. Pernah dengar perusahaan itu gak sebelumnya? Oke, Vads adalah perusahaan outsource penyedia SDM telekomunikasi. Yah, sejenis call center gitu lah. Ada banyak project yang ada di Vads. Beberapa yang kalian tahu ada elevenia, tokopedia, Indosat dan terbesar adalah XL.  Sebelum benar-benar menjadi staf di sana, aku juga akan share masa-masa training selama satu bulan. Achievers Team Oke, kali pertama aku tahu info lowongan call center ini saat aku dan temanku cari kerjaan di Career Expo UGM Jogja tahun 2016. Saat itu ego ku sedang tumpeh-tumpeh. Biasalah, ajang balas dendam merayakan kebebasan. Sudah sejak lama aku pengin banget keluar dari zona nyaman keluarga di Solo, and I chose Yogyakarta as my dream city. Jakarta? Nggak tahu kenapa, ibukota nggak masuk dalam daftar kota impian. Cukup jadi ibukota saja lah dengan segala keruwetannya. Beberapa

[Cerpen Anak Islam] Rasulullah Idolaku

Gambar
sumber: Dakwatuna.com Hit you.. with that ddu du ddu du… “O yeah ..o yeah ..!” seru Nadia, Amara dan Shafa saling berjoget riang. Matanya tidak lepas dari layar laptop milik Farah. Mereka asyik menirukan gerakan dance artis Kpop di Youtube . Sore itu, Nadia, Amara, dan Shafa janjian mengerjakan tugas kelompok di rumah Farah. “Mumpung ada wifi gratis,” celetuk Amara saat mendiskusikan tempat janjian. “Eh, dari tadi masih nge- dance melulu. Tugas kita belum selesai, loh,” Farah datang sambil membawa camilan aneka macam. “Ayo Far, ikutan!” alih-alih berhenti, Amara justru mengajak Farah ikutan berjoget ala artis Korea. “Enggak ah, capek! Lagian udah berapa kali kalian menirukan tarian dan lagu mereka?” “Aku belum hafal, Far. Tanggung nih!” ujar Nadia sambil joget tak keruan. Tiba-tiba… Syuut.. bruuk.. “ Aw ..aduh..” Nadia terpeleset kakinya sendiri karena terlalu bersemangat menirukan tarian. Sontak saja Farah kaget dan mencoba membantu Nadia bangun. Bukanny

Pilih Pindah Kerja

Gambar
Langit Yogyakarta depan kantor Aku ingat betul perasaan ketika kali pertama menginjakkan kaki di kota gudeg. Kebebasan. Ya, sudah sejak lama aku berkeinginan tinggal di Yogyakarta dan keluar dari zona nyaman keluarga di Solo. Setelah gagal mendaftar di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, yang belakangan aku tahu karena Ayah dan Ibu tidak rida, aku bertekad akan tetap tinggal di sana suatu saat nanti. Apapun caranya. Maka setelah lulus dari perguruan tinggi negeri di Solo, aku gigih mencari perkerjaan di Yogyakarta. Alhamdulillah, tiga bulan setelah wisuda, akhirnya harapan itu muncul. Aku diterima di salah satu perusahaan outsource telekomunikasi di daerah Sleman. Ku coba untuk meyakinkan Ayah dan Ibu bahwa ini saatnya ajang pembuktian diri bahwa aku mampu hidup diperantauan dan di sanalah tempat yang cocok untuk mengimplementasikan ilmu yang kudapat selama kuliah. Apalagi gaji yang ditawarkan cukup menggiurkan untuk fresh graduate sepertiku. Akhirnya Ayah dan